Oleh: Erna Hikmati H
Menyukai tantangan
Tantangan yang dimaksud di sini, bukan tantangan adu fisik maupun adu ide. Tantangan yang dimaksud di sini adalah tantangan mengalahkan rasa malas dan suka menunda pekerjaan. Dua macam perbuatan buruk ini, hanya bisa disingkirkan dengan perang. Perang melawan hawa nafsu malas dan suka menunda pekerjaan. Bahkan alim ulama mengatakan bahwa malas ini merupakan musibah dan penyakit.
Foto: google foto
Saking beratnya peperangan yang satu ini, Alloh s.w.t mengajarkan do'a khusus untuk memeranginya.
Doa ini baik jika baca sebagai bagian dari dzikir setiap pagi dan petang. Dibaca pagi hari, agar saat siang kita tidak dihinggapi rasa malas mengerjakan apapun dan selalu berkata "entar-entar" (kata anak jaman now).
Dibaca juga pada petang, agar saat malam kita tetap semangat untuk belajar, mengisi malam dengan perbuatan bermanfaat, menulis, beribadah, dan perbuatan sarat manfaat lainnya.
Rasa malas merupakan tantangan yang sungguh berat penyelesaiannya. Jika kita mampu menyingkirkannya, maka kitalah sebagai pemenang dalam perang terhadap malas itu. Paling tidak, pemenang bagi diri sendiri.
\
Tantangan berikutnya adalah mati ide. Mati ide biasa ditemukan saat mulai menulis. Jika mati ide melanda, maka semua jalan serasa buntu. Nah dalam strategi "BUKUKU", ada partner yang bisa diajak komunikasi. Yaitu Anak. Anak yang akan kita motivasi, merupakan sumber ide orangtua. Dengan mengobrol, mengajak anak membaca buku bersama, maka sedikit demi sedikit akan terbersit ide kembali. Kemudian, bersama-sama membuat coretan yang menjadi bahan portofolio coretan seperti saya posting pada artikel sebelumnya pada https://geoerna.blogspot.com/2019/08/strategi-bukuku-upaya.html
Mau Mencoba
Mencoba adalah salah satu cara untuk mengetahui sesuatu. Cara lain untuk mengetahui sesuatu itu sangat banyak, antara lain: melihat, membaca, berjalan menuju, mengintip, membeli, menyetujui, mencoba, dan lain-lain. Untuk mengetahui apakah kita bisa menulis dengan baik atau tidak, tidak mungkin hanya dengan melihat, membaca, mengintip, dan lain-lain. Jadi harus mau mencoba. Mau mencoba, pasti berani. Tetapi berani mencoba, belum tentu mau.
Foto: Google foto
Mau mencoba menuangkan ide melalui tulisan, baik setelah membaca, mengamati, belajar, dan lain-lain adalah hal luar biasa. Untuk bisa menerapkan strategi "BUKUKU" tentunya orangtua bersama anak harus rutin mau mencoba menuliskan pikirannya di secarik kertas. Menulis jangan dijadikan beban, tetapi jadikan sebagai tempat mengalirkan pikiran-pikiran baik dalam otak. Buah pikiran tersebut, kemudian dikumpulkan menjadi portofolio coretan tangan, kemudian difoto atau scan, cari penerbit, jadilah karya unik.Jika anda belum mencoba menulis dan membukukannya, tidak akan pernah tahu bahwa tulisan dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Dari sinilah budaya literasi akan mulai tumbuh dan berkembang. Manusia dikaruniai otak dengan sel-sel yang tidak terbatas jaringannya. Tinggal manusia saja, mau apa tidak untuk membuat jaringan-jaringan itu dengan senantiasa belajar dan belajar. Jadilah kita insan pembelajar.
Jangan pernah malu untuk mencoba hal yang sederhana dan berguna. Literasi berguna bagi masa depan kita dan generasi penerus kita. Maka jangan pernah singkirkan semangat membuka jendela dunia dengan semangat literasi di manapun dan kapanpun.
Selamat berpetualang dengan tantangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar