Selasa, 15 Mei 2018

Pentingnya 5Ayo dalam Pendidikan Keluarga


Ditulis oleh Erna Hikmati Hidayah.      
     
           Fenomena remaja pergi malam pulang pagi sudah bukan rahasia lagi. Mereka berkumpul, berjalan tanpa arah,  minum-minuman bahkan mencoba obat-obat terlarang di keremangan jalanan bersama teman-temannya. Miris sekali kalau kita pernah menyaksikan hal seperti itu. Kita sebagai orang lain tak kuasa mengingatkan mereka agar kembali pulang ke rumah. Siapa kita? Orang yang tak mereka kenal, yang akan mengurangi kenyamanan mereka bergaul bersama teman
Belajar malam tak dipedulikannya lagi, apalagi mengerjakan PR dari sekolah. Di pagi harinya mereka berangkat ke sekolah dalam keadaan mata kuyu, badan loyo, pikiran tidak tenang. Bahkan tak jarang akhirnya mereka ditegur guru lantaran kondisinya itu.  Teguran akhirnya membuat mereka merasa tidak nyaman di sekolah. Kadang mereka tidak melawan dengan peringatan guru, karena di hati kecil mereka, sesungguhnya masih membutuhkan naungan institusi sekolah.
Bagi remaja, baik menginjak remaja maupun sudah usia remaja, adalah masa-masa mencari identitas diri. Orang tua, saudara serumah, lingkungan sekolah, tetangga, teman bermain, merupakan lingkungan remaja yang tidak dapat dihindari. Namun, ketika mereka bermasalah dengan salah satu lingkungan, maka secara nurani  akan mencari lingkungan yang bisa menerima kondisi mereka apa adanya. Akhirnya  mereka ingin menjadi lebih akrab di dalamnya. Di situlah kemudian mereka mulai menemukan bibit-bibit kenyamanan. Namun parahnya, jika lingkungan yang menerima mereka adalah lingkungan yang tidak mendidik. Hal ini yang perlu diwaspadai oleh setiap orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Anggota keluarga terutama orang tua wajib mencari strategi atau cara agar anak senantiasa merasa nyaman di rumah. Dan segera bertindak jika anak merasa tidak mau berbaur dengan anggota keluarganya, bahkan sering keluar rumah. Waspada bukan berarti curiga sebab seorang remaja yang dicurigai, justru dia merasa risih dan bahkan akan melakukan apa yang dicurigakan kepadanya.

Mengapa remaja mencari kenyamanan di luar rumah?

Dalam tulisan ini , menurut penulis ada 4 faktor pendorong yang menyebabkan remaja merasa tidak nyaman di rumah, kemudian mencarai kenyamanan di luar rumah:
1.     Orang tua terlalu dominan
Kadang saking penginnya anak menjadi baik, orang tua terlalu banyak nasehat. Baik nasehat baru maupun nasehat yang diulang-ulang. Hal tersebut ternyata membuat remaja kita kebanyakan bosan bahkan jengkel, bahkan justru suka melanggar nasehat. Kita bisa mendeteksi kejengkelan remaja terhadap nasehat kita adalah pada ekspresi mimik wajah maupun fisik. Jika remaja sudah menunjukkan kejengkelan mendengarkan nasehat, usahakan hentikan nasehat kita. Berpikirlah untuk mencari strategi lain agar dia mau mendengarkan.

2. Tidak ada komunikasi di antara anggota keluarga. Ada peribahasa “diam adalah emas”. Tetapi menghadapi anak yang menginjak remaja, perlu komunikasi agar mereka merasa berada di dalam keluarga yang hidup. Komunkasi dalam hal ini bukan berupa kata-kata dengan setiap hari ngobrol. Tetapi komunikasi mata, komunikasi mimik wajah, komunikasi menanyakan kabar, dan sebagainya.

3.     Orang tua hanya melihat keburukan anak/ remaja
           Ketika orang tua hanya melihat keburukan remaja, dan                    
         mengharapkan remajanya bertindak seperti anak orang lain yang lebih     
        baik, maka dalam otak orangtua yang ada hanyalah kemarahan. Mengapa   
        kamu tidak begini begitu, coba kamu seperti si Anton yag baik, pintar, selalu 
        membantu orangtua, dan lain-lain. Jika orang tua membandingkan antara     
        idealita dengan realita yang ada, maka hasilnya adalah marah. Marah yang  
         terus menerus akan membuat remaj tidak nyaman dalam  keluarga.

4.     Dibiarkan meninggalkan kewajiban agama.
Meninggalkan ibadah wajib bagi pemeluk agama adalah dosa. Bagi muslim tentunya adalah sholat. Ketika remaja kita  dibiarkan meninggalkan solat, maka tidak ada kesempatan mereka untuk meminta kepada Sang pencipta yaitu  Alloh. Remaja  akan merasa nyaman karena tidak disuruh, tetapi kenyamanan tersebut adalah semu dan menyesatkan. Bagi orang tua, kewajiban utama adalah mengajak remaja  menegakkan solat minimal 5 waktu. Agar doa orang tua untuk anaknya tersambung, ibarat benang penghubung,  yang semakin kuat antara ruh anak dengan ruh orangtua.

5.     Remaja  dimanja dengan bebas pekerjaan di rumah.
Membebaskan  remaja dari pekerjaan rumah bukanlah pilihan bijak. Remaja tetap harus diberikan peluang untuk merasakan beban pekerjaan di rumah. Itu bukti tanggung jawab remaja  sebagai anggota keluarga.

Bagaimana peran keluarga dalam pendidikan?

Pendidikan yang baik adalah yang melibatkan 3 elemen, yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat. Usaha membangkitkan  dan menguatkan kembali peran keluarga sangatlah bervariasi, Salah satunya  seperti yang dilakukan oleh sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id  . Tiap orang memiliki sudut pandang berbeda. Penulis dalam hal ini memiliki pendapat yang mungkin  berbeda tentang  pelibatan keluarga dalm pendidikan, yaitu dengan 5Ayo. Ayo diskusi, ayo komunikasi, ayo ubah yang buruk, ayo solat, ayo kerja.

Ayo diskusi berarti orangtua sudah saatnya mulai melibatkan anak dalam memecahkan suatu masalah. Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Walaupun orang tua sudah tahu jawaban dari suatu permasalahan, tetapi tidak ada salahnya jika membuka kesempatan berunding dengan  anak.

Ayo komunikasi artinya jangan ciptakan suasana mati di dalam rumah dengan asyik bermain hape masing-masing anggota keluarga. Ciptakan suasana hidup dengan keceriaan, saling menyapa, makan bersama, masak bersama, dan lain-lain. Berat dan mungkin canggung untuk memulai, tetapi harus dicoba.

Ayo ubah yang buruk maksudnya kita harus membuka mata bahwa keadaan  buruk yang ada pada anak adalah sesuatu yang mungkin juga pernah terjadim pada diri orangtua di waktu kecil. Pemikiran seperti ini akan mengundang permakluman pada diri dan kemudian berusaha mencari solusi agar menjadi baik. Manusia tidak sempura. Biasakanlah melihat kebaikan ketika kita sedang galau atas keburukan anak. jangan berikan stempel pada anak kita dengan kata yang buruk, sebab itu akan menjadi doa. Selalu lihatlah kebaikannya, agar usaha mencari solusi membuahkan hasil lebih baik.

Ayo solat karena solat menurut keyakinan seorang muslim adalah amalan yang pertama kali dihisab. Namun bisa juga anak diajak berpikir bahwa solat merupakan salah satu bentuk syukur kita atas segala kenikmatan yang diberikan. Bentuk kenikmatan bukanlah harta yang banyak, wajah yang cantik atau ganteng, otak yang cerdas, dan sebagainya. Yakinkan bahwa kenikmatan itu bisa dengan tubuh yang sempurna, sehat, bisa melihat, bisa berjalan dengan baik, dan sebagainya.

Ayo kerja merupakan semangat yang harus selalu ditanamkan ke dalam diri anak agar selalu semangat menatap masa depan. Sekecil apapun beban kerja yang kita berikan kepada anak, akan melatih tanggung jawab dan empatinya kepada keluarga.

Uraian di atas, bolehlah pembaca menganggap sebagai hal biasa. Namun demikian, penulis yakin jika pembaca mencoba menerapkannya, maka rasakan sensasi hasilnya. Selamat mencoba 5Ayo.  #sahabatkeluarga