Pandemi Covid-19 belum lagi berakhir sejak dinyatakan Pandemi pada Maret 2020. Tepatnya 3 bulan setelah ditemukannya banyak korban di Wuhan, Cina. Entah ada apa, di saat para guru dan siswa sudah mulai bersenang riang karena sebentar lagi akan dilakukan Pembelajaran Tatap Muka dan karena sudah tidak zona merah lagi di wilayahnya. Dinas Kesehatan Kota sudah melakukan peninjauan terhadap fasilitas-fasilitas prokes (protokol kesehatan) di sekolah. Fasilitas tersebut antara lain penataan kelas, ketersediaan tempat cuci tangan, jamban, hand sanitizer, kebersihan lingkungan, dan lain-lain.
Sumber: Grup whatsapp
Tiba-tiba muncul informasi bahwa Bontang merah membara lagi. Semua berduka, semua belum merasa lega. Pembelajaran masih daring dan guru lagi-lagi belum bisa maksimal membelajarkan siswanya. Kuota lagi kuota lagi. Uang jajan terpotong untuk jatah membeli pulsa. Jatah dari pak menteri belumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan belajar online selama 5 jam per hari.
Banyak siswa bercerita bahwa orangtuanya selalu marah kalau kuota habis. Dijelaskan dengan berbagai alasan pun tetap marah, dikiranya mereka main game.
Beberapa siswa bercerita daripada kena marah, mending diam. nanti kalau tidak ikut pelajaran, orangtua akan dipanggil. Mereka kaget karena gegara paket data akhirnya anaknya alpa.
Sekolah menyediakan sarana untuk belajar di sekolah. Komputer yang tersambung dengan wifi yang lancar. Namun siswa tidak mau, karena merasa tidak bisa bebas jika belajar di sekolah.
Jadi dalam hal ini, masalahnya tidak akan terselesaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar