Bismillah.
Gerakan literasi merupakan sebuah gerakan yang telah diperjuangkan oleh Anies Baswedan saat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Gerakan literasi ini berupa wajib membaca 10-15 menit sebelum belajar bagi para siswa sekolah berbagai jenjang. Hal ini seolah menjadi gebrakan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Namun lagi lagi tergantung dari masing-masing guru dalam penerapannya. Ketika tidak ada kerjasama dan kekompakan untuk menggerakkan siswa di 15 menit awal belajar, maka mustahil kita mampu mengejar ketertinggalan peringkat Indonesia dalam hal membaca dan menulis, yang saat ini menempati urutan ke 60 di bawah Malaysia, Thailand dan Singapura. Tahu gak dari berapa negara? ......dari 61 negara !!!! (Malu ya?)
Oke kita lanjut....Kegiatan wajib membaca yang dicanangkan ini merupakan salah satu bagian dari program Penumbuhan Budi Pekerti (PBP),yang diharapkan jika program ini berjalan dengan baik maka potensi para siswa dapat digali lebih dalam lagi.
Keluhan para guru di Indonesia saat ini adalah lemahnya ataupun malasnya siswa membaca bahan pelajaran. Lain halnya dengan Jepang yang sudah sejak lama memiliki akar kuat dalam budaya membaca. Negara yang memiliki tingkat melek huruf tertinggi di dunia dengan 99% melek huruf pada anak usia 15 tahun ini memiliki beberapa hal menarik yang sepertinya menjadi alasan sukses negeri sakura ini dalam meningkatkan budaya baca mereka. Empat (4) hal yang membuat Jepang memiliki budaya membaca tinggi adalah:
1. Budaya Tachiyomi
Budaya Tachiyomi adalah budaya membaca gratisan ala Jepang. Membaca gratisan ini dilakukan di toko, di Jepang setiap toko buku menyediakan buku yang sampul/ segelnya nya sudah dibuka agar bisa dibaca oleh para calon pembeli. Mereka tidak merasa rugi jika orang-orang datang untuk membaca buku secara gratis, para pemilik toko di Jepang malah percaya semakin banyak yang membaca, walau gratis, kemungkinan yang membalipun akan semakin banyak pula.
2. Sepuluh (10 ) Menit Membaca Di Sekolah
Sebelum Indonesia, sekitar lebih dari 30 tahun silam Jepang sudah menerapkan budaya membaca 10 menit sebelum belajar. Dikutip dari sumber yang sama, Yoshiko Shimbun, sebuah harian nasional Jepang terbitan Tokyo, gerakan ini diberlakukan dari anak pada masa sekolah dasar. Pola kebiasaan membaca ini bahkan memiliki reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) dalam kegiatannya.
3. Acara Sekiguchi
Sekiguchi adalah salah satu program televisi shopping, jika di Indonesia televisi shopping hanya untuk keperluan jual beli properti, alat kecantikan, perabot rumah tangga, atau perhiasan di Jepang acara belanja melalui televisi ini dikhususkan untuk menjual buku terbitan terbaru di mana para penonton tinggal melihat review buku tersebut saat program berlangsung dan memesan melalui telepon.
4. Menjamurnya Toko Buku
Statistik dari Niponia (sebuah majalah bulanan tentang Jepang) menunjukan bahwa toko buku di Jepang jumlahnya sama dengan toko buku di Amerika Serikat. Padahal, luas wilayah Amerika Serikat dua puluh enam kali lebih luas dan berpenduduk dua kali lebih banyak daripada Jepang.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar