Rabu, 14 September 2016

Mengambil hikmah 'Idul Adha 1437 H

'Idul Adha tahun 1437 H hari Raya Qurban atau Hari Raya Haji karena pada Hari Raya Idul Adha ada momen yang begitu indah dan bermakna karena  umat Islam diperintahkan untuk menyembelih hewan qurban , kemudian dagingnya dibagikan ke beberapa orang sekitar sebagai satu bentuk syukur atas semua nikmat atau rizki yang telah diperoleh dari Allah SWT. 
Setahun bekerja dengan hasil berupa   rizki yang cukup , sudah cukup sebagai bukti bahwa Alloh swt sayang kepada hambaNya. Tidak malukah  jika dari rizki tersebut kita pelit, tidak mau menyisihkan sebagian untuk berkurban? Janganlah kita menjadi orang yang sombong dan pelit.
Buruh cuci dan pemulung  saja berusaha mengumpulkan rupiah demi rupiah agar bisa menunaikan ibadah qurban setiap tahunnya. 
Kisah Mak Yati (65) yang tinggal di Masjid Al ittihad  Tebet Barat, Jakarta Selatan, diam-diam  ia ingin berqurban walau dirinya cuma pemulung. Dia sering nguping  pengajian di masjid tersebut.

Mak Yati yang tinggal di bedeng rongsok di kawasan Tebet, mengaku memang sudah lama ingin berqurban. Keinginan  itu terus dia pupuk  sambil menabung untuk membeli hewan qurban.

“Sudah lama Mak pengen qurban, sejak tiga tahun lalu. Tapi kan Mak ini kerjaannya cuma mulung, jadi penghasilan nggak jelas. Buat makan sehari saja kadang udah sukur. Jadi Mak ngumpulin dulu duit Rp 1000, Rp 1500 sampai tiga tahun, lalu Mak beliin kambing dua ekor. Sampai-sampai penjual kambingnya Mak cegat di tengah jalan saking Mak pengen beli kambing,” tutur Mak Yati yang menjalani profesinya sejak 1965 sambil tertawa (detik.com, 26/10/2012).

Subhanalloh. Tidak malukah kita?

Demikian juga kisah penarik becak di Kota Pasuruan bernama Bambang yang selama 5 tahun menabung agar bisa membeli sapi kurban pada tahun 2013.
Uang yang dia gunakan adalah hasil pendapatan setiap hari dari penghasilannya menarik becak selama lebih dari lima tahun mulai  sekitar pukul 06.00 sampai pukul 12.00.

Dalam satu hari, biasanya dia mendapat hasil Rp 20.000-Rp 50.000. 
Pembelian sapi qurban tersebut selain dari hasil keringatnya juga dibantu istrinya Mahmuda (46), yang bekerja sebagai tukang pijat. 

Kiisah di atas adalah  dua di antara ratusan kisah yang mungkin bisa temukan di negeri ini. Kisah tersebut menjadi cermin bagi kita. Sudah samakah semangat berkurban kita dengan mereka? Hanya sekedar menggugurkan sunah, ikut-ikutan , jaga gengsi , keterpaksaan, atau karena tulus dari hati kita?

 Ya Alloh.... Kuatkan hamba untuk bisa meniru semangat Pak Bambang dan  Mak Yati dalam berkurban.
Hanya karena Engkaulah hamba berazam untuk berkurban tahun ini dan tahun tahun seterusnya. Mampukan hamba....mampukan hamba.....mampukan hamba untuk menjalankan syari'at Mu Ya Alloh!

Padahal sudah diingatkan seperti berikut ini:
1. “Tiada sedekah uang yang lebih mulia dari yang dibelanjakan untuk qurban di Hari Raya     
    Adha” (HR Daraquthni).

2. Setiap helai rambut  qurban adalah satu kebaikan (HR  Ahmad dan Ibnu Majah)

3.
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
Dari Abi hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Siapa yang memiliki kelapangan tapi tidak menyembelih qurban, janganlah mendekati tempat shalat kami”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim menshahihkannya) http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1379630745

3.

كُنَّا وُقُوفاً مَعَ النَّبِيِّ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَى كُلِ أَهْلِ بَيْتٍ فيِ كُلِّ عَامٍ أُضْحِيَّةِ
Kami wuquf bersama Rasulullah SAW, Aku mendengar beliau bersabda,"Wahai manusia, hendaklah atas tiap-tiap keluarga menyembelih udhiyah tiap tahun. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan At-Tirmizy) http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1379630745

Bagaimana saudaraku? Masihkah kita tidak mau memikirkannya?
Selalu berdoalah kita agar jika 'Idul Adha 1438 H tiba, dan usia kita sampai padanya, dimudahkan untuk menyisihkan rizki kita dari sekarang.

 *Malulah kita jadi seorang muslim yang  tidak mau berusaha berkurban setiap tahun*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar