Kurikulum 2013 diterapkan untuk mendidik siswa memiliki ketrampilan abad 21, yang meliputi kreatif inovatif, komunikatif, berpikir kritis dan problem solving, serta ketrampilan kolaborasi. Empat ketrampilan tersebut sangat berarti dalam kehidupan siswa ke depannya. Tantangan hidup semakin kuat, persaingan juga semakin ketat.Tanpa dibekali dengan menanamkan kebiasaan hidup kreatif inovatif, pandai komunikasi, berpikiran kritis dan mampu memecahkan masalah, maka siswa hanya akan menjadi penonton saja dalam persingan hidup, lebih parah lagi jika hanya menjadi insan yang mudah putus asa.
Prasyarat untuk tercapainya hal tersebut adalah kemampuan dalam literasi dasar. Tanpa literasi dasar yang memadai, kecil kemungkinan siswa akan mencapai kompetensi dalam hal 4 (empat) ketrampilan abad 21 yang diinginkan. Kita tidak bisa menutup mata bahwa bangsa dengan budaya literasi yang tinggi, yang memiliki ketrampilan abad 21 tersebutlah, yang saat ini mampu bersaing dalam persaingan global.
Enam literasi dasar tersebut adalah:
1. Literasi baca tulis. Orang yang bisa membaca dan menulis, tidak akan mudah dibodohi oleh orang lain. Bahkan ketika Alloh swt pertama kali memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw, yaitu dengan kata Iqro' (Bacalah). Pada jenjang ini, rata-rata siswa Sekolah Dasar dan seterusnya sudah lolos pada literasi pertama.
Membaca dan menulis pada tingkat lanjut, bukan hanya membaca dan menulis huruf dan angka. Membaca dan menulis tingkat lanjut dalam pengertian lebih luas yaitu mampu membaca dengan hati sehingga menumbuhkan jiwa yang berilmu dan matang. Selanjutnya mampu menuliskan ilmundan kematangannya tersebut dalam tulisan-tulisan bermakna agar dapat dimanfaatkan orang lain.
Yang tidak kalah pentingnya bagi muslim, literasi dasar yang dimaksud tentunya memgenalkan sedini mungkin terhadap Al qur'an kepada anak. Membaca maupun menghafalkannya. Jangan sampai anak sudah remaja, tetapi tidak memiliki bekal apapun tentang Al qur'an. Jika di dalam jiwa anak sudah terpatri jiwa Al qur'an, inshaalloh ketahanan hidup di jaman sekarang ini akan terjamin. Tidak midah digerus oleh jaman.
2. Literasi Numerasi. Dengan kemampuan hitung, siswa juga tidak akan mudah ditipu oleh orang. Konsep bilangan paling tidak harus dikuasai untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Literasi sains. Pengetahuan baru yang diperoleh siswa, seharusnya mampu menghantarkan siswa untuk trampil dalam menganalisis dan memecahkan sebuah masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Literasi finansial. Salah satu bentuknya adalah kemampuan untuk membuat keputusan yang efektif dalam upaya peningkatan kesejahteraan finansial yang barokah, bermanfaat tidak untuk diri sendiri tetapi untuk orang lain juga, sehingga ke depanya siswa tidak menjadi manusia yang egois.
5. Literasi digital. Istilah digital literacy sudah muncul sejak tahun 1997, yang diartikan oleh Paul Gilster sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam bebagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Kalau pada jaman sekarang tentunya tidak saja kompter, tetapi android. Hampir 90% siswa pasti memiliki android. Nah siswa dalam hal ini harus pandai dalam memanfaatkan informasi dalam android, jangan hanya sebagai pengguna saja.
6. Literasi budaya dan kewargaan. Yaitu kemampuan memahami dan bersikap terhadap kebudayaan bangsa sebagai identitas bangsa.
Usaha untuk mencapai keenam literasi dasar tersebut seharusnya tidak hanya dibebankan kepada sekolah saja. Tetapi seluruh anggota keluarga harus memiliki peran penting.
Dalam lingkungan keluargalah siswa menjadi anak yang sesungguhnya dari para orang tua. Saat di rumah, orang tualah yang sepenuhnya berperan dalam pendidikan termasuk dalam menumbuhkan literasi dasar seperti diuraikan di atas. Hal ini sejalan dengan program yang dicanangkan kemendikbud melalui sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id. Di laman tersebut kita bisa mendapatkan berbagai artikel, informasi, maupun pengalaman para praktisi pendidikan yang sangat bermanfaat.
Keluarga seharusnya mempunyai program yang sinergi dengan program sekolah. Gerakan literasi di dalam keluarga mutlak diperlukan untuk mendukung GLS (Gerakan Literasi Sekolah). Salah satunya adalah membaca. Banyak orang tua mengeluh anaknya bermain hand phone setiap hari di rumah. Tidak pernah anak terlihat membaca buku dan sejenisnya yang sudah dibeli. Jangan khawatir jika orangtua sudah menyadari hal ini. Belum terlambat untuk memulai. Caranya adalah dengan memberi contoh kepada anak. Sekali lagi contoh, bukan perintah atau instruksi kepada anak. Percuma kita meminta kepada anak kalau orang tua sendiri tidak memulai dan memberi contoh.
Tinggalkan hand phone pada waktu-waktu tertentu, beralihlah pada aktifitas membuka dan membaca buku di depan anak, jika perlu libatkan anak ke dalam bacaan tersebut. Setiap orang tua layak menjadi Duta Baca Keluarga. Duta Baca yang hebat adalah yang sanggup: (1) menumbuhkembangkan budaya gemar membaca di dalam kelaurga; (2) membuat dan memberdayakan perpustakaan mini di dalam keluarga; (3) menyempatkan membaca setiap hari bersama keluarga.
Jika setiap orang tua, minimal ibu sesibuk apapun, sanggup menjadi Duta Baca Keluarga, inshaalloh amanah dari Alloh dengan kata Iqro' (Bacalah) akan terealisir, dan bangsa Indonesia akan cinta membaca, bangkit dan sukses bersaing dalam kehidupan nyata. #sahabatkeluarga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar