5 Posisi Anak Bagi Orangtua dalam Al Quran
Al
Quran sebagai petunjuk jalan bagi setiap keluarga muslim. Bagi yang
telah mempunyai keturunan. Atau mereka yang sedang menanti hadirnya
keturunan. Atau yang sedang khusyu’ dalam munajat agar diberikan amanah
indah itu. Atau yang sedang belajar untuk menapaki tangga menuju bahtera
rumah tangga. Inilah Al Quran yang harus selalu menjadi tempat
bertanya.
Al
Quran menyampaikan bagi setiap keluarga muslim bahwa anak mempunyai 5
potensi bagi kehidupan orangtuanya. Potensi baik ataupun potensi buruk.
Berikut ini ke 5 hal tersebut:
1. Anak sebagai HIASAN HIDUP
Allah berfirman:
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik (surga).” (Qs. Ali Imron: 14)
Anak
disebut ayat ini sebagai satu dari kesenangan-kesenangan dunia. Setiap
manusia pasti telah terhiasi hatinya dengan berbagai keindahan dunia
tersebut. Hanya saja, Allah menawarkan tempat kembali yang lebih baik di
sisi Nya.
Anak
sebagai hiasan yang menghiasi hidup orangtuanya menjadi berwarna indah.
Anak-anak ibarat pelangi. Warna mereka yang berbeda-beda membuat
suasana rumah menjadi begitu indah dipandang mata. Kehadiran mereka
selalu dinantikan. Terlihat jelas di pelupuk mata orangtuanya pelangi
itu, apalagi saat pelangi itu ada di tempat yang jauh. Sehingga
kerinduan pada anak-anak begitu membuncah.
Untuk
itulah, para orangtua siap untuk melakukan apa saja dan membayar berapa
saja untuk mendapatkan keturunan. Karena keindahan hidup berkurang
ketika keturunan yang dinanti belum juga hadir.
Anak-anak
memang indah. Keindahannya tak tergantikan oleh apapun. Gerak mereka,
suara mereka, raut wajah mereka, tingkah polah mereka, tertawa mereka,
tangis mereka. Ahh...semuanya indah.
2. Anak sebagai COBAAN HIDUP
Allah berfirman:
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. Al Anfal: 28)
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. At Taghabun: 15)
Anak
juga menjadi cobaan hidup bagi orangtuanya. Seperti yang disampaikan
dua ayat di atas. Sehingga orangtua diminta agar berhati-hati. Keindahan
itu tidak boleh melalaikan. Kenikmatan kita memandanginya tidak boleh
melalaikan dari tugas para orangtua menjadi hamba Allah yang baik.
Allah mengingatkan kembali kepada para orangtua:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا
أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ
هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai
orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu
dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka
itulah orang-orang yang merugi.” (Qs Al Munafiqun: 9)
Seberapa
kuat kita menikmati keindahan pelangi. Bisa jadi, kita yang berhenti
menikmatinya. Atau pelangi itu akan segera menghilang di antara warna
langit lainnya. Jika tidak berhati-hati, saat kenikmatan itu telah
pergi, kita baru sadar banyak kewajiban yang telah dilalaikan. Banyak
hak orang lain yang terabaikan. Banyak potensi kebesaran orangtua
terhenti karenanya. Dan akhirnya bisa kehilangan kesempatan meraih
keindahan abadi dan haqiqi; Surga Allah. Sungguh kerugian yang besar.
3. Anak yang LEMAH
وَلْيَخْشَ
الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا
عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Qs. An Nisa’: 9)
Orangtua
diminta agar memperhatikan benar generasi setelahnya. Tidak boleh hadir
generasi lemah sepeninggal orangtuanya. Perhatian besar orangtua untuk
meninggalkan segala hal yang membuat mereka kuat adalah merupakan
kewajiban. Ayat ini mengingatkan agar orangtua berhati-hati jika mati
belum menyiapkan anak keturunan, sehingga mereka menjadi beban
masyarakat dan zaman.
Kelemahan dalam masalah keimanan. Kelemahan dalam masalah pemahaman agama. Kelemahan ibadah dan akhlak.
Para orangtua harus menyiapkan agama anak-anaknya. Karena pasti Allah akan menanyakan amanah itu kepada para orangtua.
Kelemahan dalam masalah ekonomi. Kelemahan dalam kesejahteraan. Kelemahan fasilitas.
Para
orangtua bertanggung jawab jika kelemahan ini menjadi alasan jauhnya
anak-anak dari Allah. Sehingga meninggalkan anak-anak dalam keadaan
berkecukupan lebih baik daripada meninggalkan mereka meminta-minta
kepada orang.
Kelemahan ilmu pengetahuan. Kelemahan wawasan dalam hidup. Kelemahan dalam kemampuan untuk menjalani hidup.
Itu
artinya para orangtua harus membekali mereka ilmu, semua sarana ilmu
dan wawasan serta skill anak-anak. Kesalahan fatal, ketika orangtua
sibuk menikmati hidup sendiri tetapi lalai menyiapkan ilmu, wawasan dan
skill anak-anak mereka.
Kelemahan
dalam fisik. Kelemahan dalam jiwa dan mental. Kelemahan yang
mengakibatkan mereka hanya menjadi pecundang dan bukan seorang juara.
Orangtua
harus menyiapkan fisik mereka sesehat mungkin. Menjaga mereka agar
tetap bugar untuk melanjutkan perjuangan. Jiwa dan mental yang kokoh
berhadapan dengan keadaan apapun. Mampu hidup dan bertahan dalam keadaan
paling sulit sekalipun.
Dan semua jenis kelemahan adalah merupakan peringatan yang tidak boleh muncul pada kelahiran keturunan kita.
4. Anak sebagai MUSUH
Allah berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ
عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا
فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Hai
orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Qs At Taghabun: 14)
Sangat
mengerikan membaca ayat ini. Allah memerintahkan agar orangtua
berhati-hati terhadap anak. Karena sebagian mereka adalah musuh. Jika
anak telah menjadi musuh orangtuanya, maka hilanglah sebagian besar
kebahagiaan rumah tangga. Karena hiasan itu kini hanya menjadi beban,
penyebab ketakutan, kesedihan dan semua kesengsaraan hidup orangtua.
Anak
yang nakal, durhaka, bodoh, menjatuhkan martabat keluarga. Saat itulah
anak yang dulu diasuh siang dan malam, berubah menjadi musuh yang
menyedihkan, menakutkan dan menyengsarakan.
5. Anak yang BAIK & MENYEJUKKAN PANDANGAN MATA
Allah berfirman:
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Di
sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku,
berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau
Maha Pendengar doa." (Qs. Ali Imron: 38)
Allah juga berfirman:
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan
orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al Furqon: 74)
Inilah
anak yang diharapkan oleh setiap keluarga. Untuk itulah, ayat-ayat yang
digunakan untuk membahas poin ini berupa doa dan ini berbeda dengan
ayat-ayat sebelumnya. Doa adalah harapan dan munajat kepada Yang
Menciptakan semuanya.
Anak yang baik. Anak yang menyejukkan pandangan mata. Anak yang menyenangkan hati orangtua.
Jelas
ini adalah hasil panen jerih payah orangtua. Setelah sekian lama dalam
kesabaran tiada berujung, orangtua berjuang berjibaku mendidik mereka.
Saat usia telah senja, tulang telah rapuh, kepala telah menyala putih,
banyak keterbatasan, saat perlu bersandar, anak-anak yang baik itu
benar-benar menyejukkan pandangan mata, menentramkan hati. Ibarat oase
di tengah gurun sahara. Ibarat air sejuk bagi musafir yang telah lemas
karena dehidrasi. Anak yang berbakti. Anak yang mengerti hak orangtua.
Anak yang bisa mengangkat derajat orangtunya kelak di Surga Allah.
Allah
yang menciptakan anak-anak bagi kita. Dia menjelaskan dalam Al Quran
bahwa anak-anak itu adalah hiasan hidup orangtua. Tetapi juga sebagai
cobaan hidup bagi orangtua, agar diketahui apakah orangtua lalai dari
kewajibannya berdzikir kepada Allah atau tetap baik.
Untuk
itulah, orangtua diingatkan Allah jangan sampai anak-anak menjadi
generasi yang lemah apalagi menjadi musuh. Tetapi harus menjadi
anak-anak yang baik dan menyejukkan mata.
Sekaligus
amanah dari Allah agar para orangtua menjaga amanah itu dan menjadikan
mereka anak-anak yang kokoh dan kuat di zamannya.
Wallahu a’lam
sumber :http://www.parentingnabawiyah.com/index.php/artikel--keluarga/anak-parenting/46-5-posisi-anak-bagi-orangtua-dalam-al-quran