Fenomena remaja pergi malam pulang pagi sudah bukan rahasia lagi. Mereka berkumpul, berjalan tanpa arah, minum-minuman bahkan mencoba obat-obat terlarang di keremangan jalanan bersama teman-temannya. Miris sekali kalau kita pernah menyaksikan hal seperti itu. Kita sebagai orang lain tak kuasa mengingatkan mereka agar kembali pulang ke rumah. Siapa kita? Orang yang tak mereka kenal, yang akan mengurangi kenyamanan mereka bergaul bersama teman
Belajar malam
tak dipedulikannya lagi, apalagi mengerjakan PR dari sekolah. Di pagi harinya mereka
berangkat ke sekolah dalam keadaan mata kuyu, badan loyo, pikiran tidak tenang.
Bahkan tak jarang akhirnya mereka ditegur guru lantaran kondisinya itu. Teguran akhirnya membuat mereka merasa tidak
nyaman di sekolah. Kadang mereka tidak melawan dengan peringatan guru, karena
di hati kecil mereka, sesungguhnya masih membutuhkan naungan institusi sekolah.
Bagi remaja,
baik menginjak remaja maupun sudah usia remaja, adalah masa-masa mencari
identitas diri. Orang tua, saudara serumah, lingkungan sekolah, tetangga, teman
bermain, merupakan lingkungan remaja yang tidak dapat dihindari. Namun, ketika
mereka bermasalah dengan salah satu lingkungan, maka secara nurani akan mencari lingkungan yang bisa menerima
kondisi mereka apa adanya. Akhirnya mereka
ingin menjadi lebih akrab di dalamnya. Di situlah kemudian mereka mulai
menemukan bibit-bibit kenyamanan. Namun parahnya, jika lingkungan yang menerima
mereka adalah lingkungan yang tidak mendidik. Hal ini yang perlu diwaspadai
oleh setiap orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Anggota
keluarga terutama orang tua wajib mencari strategi atau cara agar anak
senantiasa merasa nyaman di rumah. Dan segera bertindak jika anak merasa tidak
mau berbaur dengan anggota keluarganya, bahkan sering keluar rumah. Waspada
bukan berarti curiga sebab seorang remaja yang dicurigai, justru dia merasa
risih dan bahkan akan melakukan apa yang dicurigakan kepadanya.
Mengapa
remaja mencari kenyamanan di luar rumah?
Dalam tulisan ini ,
menurut penulis ada 4 faktor pendorong yang menyebabkan remaja merasa tidak
nyaman di rumah, kemudian mencarai kenyamanan di luar rumah:
1. Orang tua terlalu dominan
Kadang saking penginnya anak menjadi baik,
orang tua terlalu banyak nasehat. Baik nasehat baru maupun nasehat yang
diulang-ulang. Hal tersebut ternyata membuat remaja kita kebanyakan bosan
bahkan jengkel, bahkan justru suka melanggar nasehat. Kita bisa mendeteksi
kejengkelan remaja terhadap nasehat kita adalah pada ekspresi mimik wajah
maupun fisik. Jika remaja sudah menunjukkan kejengkelan mendengarkan nasehat,
usahakan hentikan nasehat kita. Berpikirlah untuk mencari strategi lain agar
dia mau mendengarkan.
2. Tidak ada
komunikasi di antara anggota keluarga. Ada peribahasa “diam adalah emas”.
Tetapi menghadapi anak yang menginjak remaja, perlu komunikasi agar mereka
merasa berada di dalam keluarga yang hidup. Komunkasi dalam hal ini bukan
berupa kata-kata dengan setiap hari ngobrol. Tetapi komunikasi mata, komunikasi
mimik wajah, komunikasi menanyakan kabar, dan sebagainya.
3. Orang tua hanya melihat keburukan anak/
remaja
Ketika
orang tua hanya melihat keburukan remaja, dan
mengharapkan remajanya bertindak
seperti anak orang lain yang lebih
baik, maka dalam otak orangtua yang ada hanyalah kemarahan. Mengapa
kamu tidak begini begitu, coba kamu seperti si
Anton yag baik, pintar, selalu
membantu orangtua, dan lain-lain. Jika orang tua membandingkan antara
idealita dengan realita yang ada, maka hasilnya adalah marah. Marah yang
terus menerus akan membuat remaj tidak nyaman dalam keluarga.
4. Dibiarkan meninggalkan kewajiban agama.
Meninggalkan ibadah wajib bagi pemeluk agama
adalah dosa. Bagi muslim tentunya adalah sholat. Ketika remaja kita dibiarkan meninggalkan solat, maka tidak ada
kesempatan mereka untuk meminta kepada Sang pencipta yaitu Alloh. Remaja akan merasa nyaman karena tidak disuruh,
tetapi kenyamanan tersebut adalah semu dan menyesatkan. Bagi orang tua, kewajiban
utama adalah mengajak remaja menegakkan
solat minimal 5 waktu. Agar doa orang tua untuk anaknya tersambung, ibarat
benang penghubung, yang semakin kuat
antara ruh anak dengan ruh orangtua.
5. Remaja dimanja dengan bebas pekerjaan di rumah.
Membebaskan remaja dari pekerjaan rumah bukanlah pilihan
bijak. Remaja tetap harus diberikan peluang untuk merasakan beban pekerjaan di
rumah. Itu bukti tanggung jawab remaja sebagai anggota keluarga.
Bagaimana
peran keluarga dalam pendidikan?
Pendidikan
yang baik adalah yang melibatkan 3 elemen, yaitu sekolah, keluarga dan
masyarakat. Usaha membangkitkan dan
menguatkan kembali peran keluarga sangatlah bervariasi, Salah satunya seperti yang dilakukan oleh sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id . Tiap
orang memiliki sudut pandang berbeda. Penulis dalam hal ini memiliki pendapat
yang mungkin berbeda tentang pelibatan keluarga dalm pendidikan, yaitu
dengan 5Ayo. Ayo diskusi, ayo komunikasi, ayo ubah yang buruk, ayo solat, ayo
kerja.
Ayo diskusi
berarti orangtua sudah saatnya mulai melibatkan anak dalam memecahkan suatu masalah. Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Walaupun orang tua sudah tahu jawaban dari suatu permasalahan, tetapi tidak ada salahnya jika
membuka kesempatan berunding dengan anak.
Ayo
komunikasi artinya jangan ciptakan suasana mati di dalam rumah dengan asyik
bermain hape masing-masing anggota keluarga. Ciptakan suasana hidup dengan
keceriaan, saling menyapa, makan bersama, masak bersama, dan lain-lain. Berat dan mungkin canggung untuk memulai, tetapi harus dicoba.
Ayo ubah yang
buruk maksudnya kita harus membuka mata bahwa keadaan buruk yang ada pada anak adalah sesuatu yang
mungkin juga pernah terjadim pada diri orangtua di waktu kecil. Pemikiran
seperti ini akan mengundang permakluman pada diri dan kemudian berusaha mencari
solusi agar menjadi baik. Manusia tidak sempura. Biasakanlah melihat kebaikan
ketika kita sedang galau atas keburukan anak. jangan berikan stempel pada anak kita dengan kata yang buruk, sebab itu akan menjadi doa. Selalu lihatlah kebaikannya, agar usaha mencari solusi
membuahkan hasil lebih baik.
Ayo solat
karena solat menurut keyakinan seorang muslim adalah amalan yang pertama kali
dihisab. Namun bisa juga anak diajak berpikir bahwa solat merupakan salah satu
bentuk syukur kita atas segala kenikmatan yang diberikan. Bentuk kenikmatan
bukanlah harta yang banyak, wajah yang cantik atau ganteng, otak yang cerdas,
dan sebagainya. Yakinkan bahwa kenikmatan itu bisa dengan tubuh yang sempurna,
sehat, bisa melihat, bisa berjalan dengan baik, dan sebagainya.
Ayo kerja
merupakan semangat yang harus selalu ditanamkan ke dalam diri anak agar selalu
semangat menatap masa depan. Sekecil apapun beban kerja yang kita berikan kepada
anak, akan melatih tanggung jawab dan empatinya kepada keluarga.
Uraian di
atas, bolehlah pembaca menganggap sebagai hal biasa. Namun demikian, penulis
yakin jika pembaca mencoba menerapkannya, maka rasakan sensasi hasilnya.
Selamat mencoba 5Ayo. #sahabatkeluarga